gemakeadilan.com –
Aliansi Suara Universitas Diponegoro mengadakan aksi damai pada Jumat, (18/2)
di Bundaran Undip yang dimulai pada pukul 16.00 – 17.50 WIB. Aksi ini mengangkat tajuk “Aksi Damai
Solidaritas untuk Desa Wadas” dengan agenda ngopi bareng kopi hasil bumi Wadas,
orasi, wadah musik sastra dari mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB), hingga
pembacaan puisi “Mas Kumamambang” yang disampaikan oleh mahasiswa FIB, Dany
Fakhroni. Aksi ini ditujukan untuk menghimpun petisi langsung terkait
pencabutan perizinan lokasi tambang Desa Wadas dan pengehentian intimidasi maupun
kekerasan oleh aparat di Desa Wadas.
Affiq Malik selaku Koordinator Lapangan Aksi menyatakan bahwa aksi damai ini memiliki
konsep kampanye agar masyarakat dan mahasiswa tahu mengenai permasalahan yang
ada di Wadas “Konsep aksi damai lebih (menyerupai)
ke kampanye agar masyarakat dan mahasiswa lebih aware terhadap Wadas.
Apa sih yang terjadi di Wadas itu.”
2 hari sebelum aksi dilaksanakan, sejumlah mahasiwa mengunjungi
Wadas untuk melihat dan memantau situasi di sana. Affiq mengaku bahwa pada
pukul 10 malam listrik dan jaringan internet dimatikan oleh aparat. Selain
melihat situasi kondisi Wadas, sejumlah mahasiswa juga mengambil kopi Robusta
asli tanah Wadas untuk dibagikan saat aksi damai tersebut. Dalam aksi tersebut
juga terdapat penandatanganan petisi penolakan tambang di tanah Wadas yang nantinya
akan dibawa pada aksi nasional tanggal 22 Maret mendatang. Affiq menambahkan
bahwa tidak ada perubahan mengenai pencabutan Izin Penetapan Lokasi (IPL) tetapi
setidaknya mahasiswa dan masyarakat dapat lebih bersimpati terhadap permasalahan
di Desa Wadas.
“Kalo buat perubahan sih, belum ada terkait pencabutan
IPL Wadas. Kita akan terus mengawal hingga permasalahan ini tuntas dan
menghasilkan suatu perubahan dengan
adanya aksi tersebut setidaknya mahasiswa dan masyarakat itu aware terhadap permasalahan di Wadas
karena (ternyata) banyak mahasiswa dan
masyarakat yang tidak tahu apa sih sedang yang terjadi di Wadas ini.
Kami berharap agar pencabutan IPL segera terealisasikan, jangan ada lagi
represifitas dari aparat dan tarik semua aparat yang ada di wadas.” tutur
Affiq. Affiq pun menghimbau agar seluruh elemen mahasiswa dapat mengawal
permasalahan ini walaupun manfaatnya tidak dapat dirasakan secara langsung bagi
mahasiswa, tetapi diyakini akan membawa perubahan bagi masyarakat Wadas yang
membutuhkan bantuan.
Penulis: Nilam Helga
Editor: Adri Siregar
Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi Narasumber