img-post

gemakeadilan.com - Halo, GKers! Iduladha merupakan hari yang dinantikan oleh umat muslim di seluruh dunia sebagai pengingat keteladanan kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam menjalankan perintah Tuhannya. Perayaan Iduladha selalu identik dengan olahan daging kurban yang disajikan di rumah-rumah warga. Jika biasanya daging kambing diolah menjadi sate, gulai, tongseng maupun rendang, Semarang memiliki menu sajian yang khas dan tak kalah lezat dari makanan lain tentunya. Menu khas tersebut adalah gecok kambing. 


Jika GKers penasaran dengan gecok kambing, maka kalian perlu menengok terlebih dahulu ke Kabupaten Semarang, tepatnya di Kecamatan Tuntang. Disinilah GKers bisa lebih mengenal makanan gecok kambing tersebut karena makanan ini berasal dari daerah Tuntang. Gecok yang sudah mulai dikenal di Tuntang sejak tahun 1940-an ini berasal dari gabungan kata geget dan cokot, yang dalam bahasa Jawa diartikan sebagai digigit atau digerogoti. Hal tersebut berangkat dari cara orang-orang menikmati sajian ini dengan menggerogoti potongan daging kambing yang masih menempel di tulangnya.


Sekilas, gecok memiliki kesamaan dengan gulai tetapi yang membedakannya adalah gecok memiliki kuah yang terasa sedikit kasar karena kelapa sangrai yang ditambahkan ke dalamnya. Selain itu, olahan ini juga diracik menggunakan aneka rempah yang sangat kuat, seperti cabai jawa atau cabe jamu. Cabe jenis ini berbeda dengan cabe rawit karena pedasnya tidak hanya di lidah, tetapi dapat menghangatkan tubuh. Hal ini karena rempah-rempah yang digunakan dalam pembuatan gecok merupakan jamu untuk mengatasi kelelahan. Bahkan saat awal-awal pembuatannya, rempah-rempah yang jumlahnya dapat mencapai 25 jenis ini bisa didapatkan di toko jamu, bukan pasar. 


Efek gecok yang mampu menghangatkan tubuh membuat kuliner ini lebih cocok disajikan di saat hawa dingin. Jadi, untuk GKers yang bingung ingin mengolah daging kurban dan bosan dengan sajian yang biasanya, gecok dapat menjadi salah satu pilihan kalian sekaligus mengobati rindu dengan makanan khas Semarang. 


Penulis : Muhammad Victor Ali

Editor : Agistya Dwinanda

Gambar : sumeks.co