img-post

gemakeadilan.com – Ratusan mahasiswa dan buruh yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Rakyat Menggugat (GERAM) menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah pada Kamis (08/09). Aksi tersebut terpantau mulai terlihat di  depan Kantor Gubernur Jawa Tengah sekitar pukul 15.00 WIB hingga berakhir sekitar pukul 17.30 WIB.  Aksi tersebut digelar dengan menggagas empat poin tuntutan utama, yakni tolak kenaikan harga BBM, berantas mafia migas dan tambang, tunda pengesahan RKUHP dan perbaiki pasal-pasal bermasalah, serta tuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM.


Aksi dimulai dengan orasi yang disampaikan secara bergantian oleh berbagai pihak. Dalam orasinya, Ichwan selaku Ketua BEM Universitas Diponegoro menjelaskan bahwa alasan dinaikkannya BBM oleh pemerintah ialah keliru. Menurutnya, kebocoran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terbesar bukanlah datang dari subsidi BBM, melainkan dari maraknya praktik korupsi dan membengkaknya anggaran belanja negara.


“Mereka mengatakan kebocoran APBN terbesar ialah dari subsidi BBM, tapi nyatanya masih banyak koruptor di Indonesia,” tutur Ichwan. “DPR menganggarkan gorden sebesar 900 juta rupiah, anggaran terbesar bocor dari anggaran belanja negara. Staf khusus milenial digaji per tahun 700 juta, silahkan teman-teman hitung sendiri,” tambahnya.


Selain menyoroti isu kenaikan BBM, aksi juga menyoroti berbagai kasus lain. Bima selaku Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi turut menyoalkan perihal keputusan pemerintah membangun proyek ibukota negara (IKN) yang dinilai kontraproduktif atas janji perlindungan masyarakat hukum adat. Menurutnya, ditempatkannya IKN di Kalimantan justru menjadi penegas bahwa pemerintah sejatinya tidak memiliki itikad baik dalam melindungi budaya dan masyarakat adat tersebut.


“RUU Masyarakat Hukum Adat berhenti pembahasannya sejak 2020, sedangkan hari ini kita berkeinginan membuat ibukota baru di tanah Kalimantan. Katanya ingin melindungi masyarakat adat melalui UU MHA, tapi malah buat IKN di Kalimantan. Pertanyaanya, apakah di Kalimantan tidak banyak sengketa tanah adat? Pasti banyak,” tuturnya.


Aksi berjalan lancar hingga sekitar pukul 16.00 WIB. Saat massa aksi berusaha masuk ke Kantor Gubernur, terdapat perpecahan dalam internal massa. Selepas mendapat penolakan untuk masuk ke Kantor Gubernur, Korlap Aksi memutuskan untuk melakukan agenda pembacaan tuntutan dan penyegelan di depan gerbang kantor, akan tetapi sebagian massa merasa kecewa dengan keputusan Korlap sehingga sempat terjadi kericuhan sampai akhirnya massa aksi bubar dengan sendirinya. Berkenaan dengan hal tersebut, Arif selaku agitator aksi memberikan klarifikasi bahwa hal tersebut disebabkan karena miskomunikasi antar massa belaka. Selain itu, Arif juga menambahkan bahwa akan ada aksi lagi mengingat agenda dan persoalan belum tuntas diselesaikan.


“Miskomunikasi di lapangan tadi sudah selesai. Tadi teman-teman yang belum menerima hasil konsol kemarin sudah dikondisikan dan dapat dimaklumkan, namun kami juga menghargai sikap mereka untuk menarik diri,” ucapnya. “Untuk selanjutnya tentu akan ada aksi lagi mengingat persoalan belum selesai tapi memang kami perlu melakukan evaluasi terlebih dahulu dan menskemakan agar gerakan kami bisa efektif sehingga tidak membuang-buang waktu dan tenaga,” tutupnya.

 


Penulis: Muhammad Ridho

Editor: Vanya Jasmine

Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi Penulis