gemakeadilan.com- Lagi, untuk kesekian kalinya bumi pertiwi kembali meneteskan
air mata. Salah satu kapal selam kebanggaan bangsa dinyatakan beristirahat
selamanya, KRI Nanggala 402. Hari minggu lalu, KRI Nanggala 402 dipastikan
tenggelam dan seluruh awak kapalnya dinyatakan gugur dalam menjalankan tugas.
Tentu ini adalah kabar duka yang membuka empati kita semua sebagai saudara
setanah air yang sudah seharusnya memberikan penghormatan dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada seluruh awak kapal KRI Nanggala 402.
Sebagai salah satu kapal selam kebanggaan Indonesia, tentu
KRI Nanggala 402 yang penamannya tak terlepas dari nama yang penuh makna yakni
Nanggala, nama yang diambil dari kisah kesaktian pewayangan Baladewa. Nanggala merupakan
senjata sakti yang dimiliki oleh Baladewa konon memiliki kekuatan yang perkasa.
Kesaktian akan kekuatannya yang perkasa inilah menjadi alasan disematkannya
nama Nanggala terhadap salah satu kapal selam Indonesia dengan tujuan kapal
selam tersebut memiliki kekuatan yang perkasa dalam menjaga kedaulatan
Indonesia.
Benar saja, KRI Nanggala 402 ini
beberapa kali menjadi andalan dalam menjaga kedaulatan seperti misi intelejen
di Samudera Hindia yang ditugaskan pada tahun 1992 dan menjalankan misi melacak
pergerakan pasukan Internasional untuk Timor Timor pada tahun 1992 hingga
mendapatkan tugas untuk menjaga kawasan pada konflik blok
Masela pada tahun 2005 lalu. Memang, misi-misi yang dijalankan oleh KRI
Nanggala 402 sendiri mayoritas mengenai misi-misi terkait isu strategis
sehingga hal ini menunjukan bahwa hebat dan pentingnya kapal selam ini sesuai
dengan nama yang disematkan. Sungguh pasti akan terenyuh ketika melihat
perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan oleh kapal selam kebanggaan ini.
Kejayaan dari KRI Nanggala 402 harus kita kenang karena
Indonesia saat ini dalam kondisi berduka, bendera setengah tiang ditegakkan
selama sepekan. Namun, sangat disayangkan sekaligus mengherankan dalam kondisi
seperti ini kenapa masih ada oknum bernama netizen yang justru merusak suasana
berduka ini. Dimulai dari munculnya pendapat yang menyatakan para prajurit
belum gugur hanya saja mereka di tahan oleh gurita besar layaknya seekor kraken
yang membuat kapal selam KRI Nanggala 402 tak bisa bergerak hingga isu yang
menerpa terkait adanya mafia dalam pembelian alat utama sistem senjata
(alutsista) TNI yang penyampaian isunya dirasa waktunya kurang tepat hingga
komentar menyalahkan pemerintah kenapa tidak menggunakan tenaga BIN untuk
mencari KRI Nanggala 402 agar cepat ditemukan.
Tentu pendapat tak berempati seperti itu sangat menciderai
terkhusus keluarga dari awak KRI Nanggal 402. Kalau sudah begini, patut
dipertanyakan dimanakah jati diri bangsa Indonesia yang dulu identik dengan
gotong royongnya, keramah-tamahannya, dan empati satu sama lain. Dimanakah
sifat itu sekarang, saat ini bukanlah sifat kebencian, tidak menghargai, dan
nihil empati. Buang jauh-jauh sifat-sifat itu karena sekarang ini yang
dibutuhkan adalah sifat merangkul bersama saling menghormati dan menghargai lainnya
serta selalu memberikan support hingga segala doa terbaik kepada keluarga KRI
Nanggala 402. Cukuplah kesesatan berpikir yang demikian dikunci rapat-rapat.
Mari berpikir jernih untuk selalu memikirkan orang lain dalam berpendapat
sehingga bukan hanya diri kita sendiri yang terlibat. Tentu besar harapan
ketika Indonesia berduka seperti ini, tidak lagi ada komentar-komentar yang
sangat tidak relevan seperti ini. Ayolah kawan pasti bisa, sebelum bertindak,
berucap pikir dulu matang-matang apa yang akan kita ucap kiranya apakah ucapan
tersebut akan melukai orang sekitar.
Sebelum mengakhiri tulisan yang berisi sekelumit keresahan
beberapa hari ini, perlu disampaikan bahwa apresiasi kepada Angkatan Laut,
Basarnas, Bakamla serta bantuanbantuan dari negara tetangga yang sudah bekerja
keras untuk menemukan KRI Nanggala 402. Percayalah, perbuatan baik yakni usaha
dan kerja kerasmu selalu bermanfaat bagi yang lain. Tidak ada yang sia-sia
dengan kerja kerasmu itu, mereka awak KRI Nanggala 402 pasti berbahagia karena
bisa melaksanakan tugas selamanya.
Meneteskan air mata tak selalu berarti sedih bukan? Hal
demikian pun dapat diartikan sebagai ungkapan kebanggaan. Benar, tegakkan
kepalamu bangsa Indonesia, jangan tangisi mereka dengan kesedihan, berbanggalah
karena mereka tak pergi, juga mereka tak tenggelam karena mereka sedang
berpatroli selamanya melaksanakan tugas
sebagai prajurit dengan bangga bahwa laut Bali dijaga oleh 53 prajurit terbaik
bangsa, On Eternal Patrol!
Penulis :Taufik