img-post

gemakeadilan.com – Menuju penghujung tahun 2022, banyak sekali tragedi yang terjadi pada bulan Oktober. Bukan hanya di Indonesia saja, melainkan berbagai tragedi yang menyayat hati terjadi di berbagai belahan dunia. Hal ini menyebabkan banyak sekali keluarga korban yang berduka dan kekhawatiran terhadap hal-hal yang akan datang nantinya.  Lantas, tragedi apa saja yang terjadi? Apa penyebab dari tragedi tersebut? Bagaimana kronologinya?


Tragedi pertama yang sangat mengejutkan datang dari dunia sepak bola Indonesia, yakni Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada hari Sabtu (1/10) yang mana  terdapat pertandingan yang mempertemukan dua tim yang memiliki rivalitas sangat tinggi yakni Arema FC melawan Persebaya. Insiden sendiri terjadi setelah pertandingan dimenangkan oleh Persebaya dengan skor 3-2 yang memicu beberapa pendukung Arema FC untuk turun ke lapangan. Pihak kepolisian mencoba untuk menenangkan massa yang turun ke lapangan dengan menyemprotkan gas air mata ke arah tribun penonton. Hal ini mengakibatkan para suporter yang kesulitan untuk melihat dan berpanas panik dan berbondong-bondong untuk segera keluar dari stadion di tengah semprotan gas air mata. Desak-desakan yang terjadi di tengah lautan manusia menyebabkan banyak orang sesak napas dan berjatuhan sehingga terinjak oleh kerumunan. Kerusuhan ini berujung pada ratusan korban jiwa meninggal dunia. Tercatat jumlah korban dari tragedi Kanjuruhan ialah 135 orang sehingga membuat kejadian ini menjadi salah satu bencana sepak bola yang paling mematikan di dunia.


Tragedi kedua yakni penembakan massal terhadap anak-anak yang terjadi di pusat penitipan anak di Thailand pada hari Kamis (6/10). Pelaku dari kejadian ini adalah seorang mantan polisi Thailand bernama Panya Khamrab (34) yang dipecat akibat keterkaitannya dengan kasus narkoba. Penembakan sendiri terjadi pada siang hari yang mana Panya bertujuan untuk menjemput anaknya tetapi dia tidak menemukannya, kemudian Panya mulai menyerang orang-orang di sekitarnya termasuk anak-anak di penitipan tersebut. Selain itu, Panya menembak juga orang dewasa dan anak-anak di luar gedung penitipan yang kemudian diakhiri dengan menembak istri dan anaknya di rumah hingga menembak dirinya sendiri. Jumlah korban dari kasus penembakan ini ialah 37 korban yang dimana 24 di antaranya merupakan anak-anak.


Tragedi ketiga yakni bom udara yang dijatuhkan di tengah konser musik di Myanmar terjadi pada hari Minggu (23/10). Kejadian ini menjatuhkan korban sebanyak 80 orang dan dilakukan oleh pihak militer Myanmar. Beberapa saksi mata mengatakan bahwa pasukan bersenjata sengaja menghalangi proses evakuasi yang dilakukan oleh petugas medis. Serangan ini merupakan sebuah balas dendam yang dilakukan oleh pihak militer dibawah kepemimpinan Junta sebagai orang yang menggulingkan pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi yang bertujuan untuk mempertahankan posisi mereka sebagai penguasa.


Tragedi keempat, ialah Tragedi Halloween Itaewon yang terjadi di Korea Selatan pada hari Sabtu (29/10). Hal ini bermula dengan antusiasme para warga yang ingin mengikuti festival halloween setelah pembatasan akibat Covid-19 dibuka. Insiden dimulai pada saat para warga mulai turun ke daerah Itaewon dengan berbagai kostum horor yang telah mereka persiapkan. Semakin malam, kerumunan yang semakin ramai di jalan sempit yang menanjak kemudian membuat para warga berada di atas berjatuhan ke bawah. Para warga yang terjebak di tengah kepadatan tersebut panik dan menginjak orang lain yang berjatuhan. Aparat kepolisian dan petugas keamanan bersusah payah untuk memperbaiki situasi, tetapi sayangnya banyak korban tidak tertolong dikarenakan keramaian pada malam itu sehingga membuat banyak dari mereka meninggal di tempat. Tercatat hingga saat ini korban dari tragedi Itaewon berjumlah 154 orang.


Tragedi kelima adalah Bom Mobil di Somalia pada hari yang sama dengan Tragedi Halloween Itaewon. Insiden ini dilakukan oleh kelompok militan Al-Shabaab yang menargetkan Kementerian Pendidikan Somalia. Mereka menggunakan dua mobil yang diisi dengan bahan peledak yang menyebabkan korban jiwa meninggal dunia sebanyak 100 orang dan 300 orang lainnya luka-luka. Presiden Somalia, Hassan Sheikh Mohamud, menyampaikan permohonan bantuan internasional bagi para korban yang terluka akibat ledakan bom mobil di Somalia tersebut.


Tragedi terakhir di bulan Oktober ini yakni Tragedi Jembatan Runtuh di India yang terjadi pada hari Minggu (30/10) yang menyebabkan korban jiwa sebanyak 137 orang meninggal dunia. Jembatan gantung ini diduga runtuh karena kelebihan kapasitas yang seharusnya hanya dapat menampung 125 orang, tetapi pada saat insiden terjadi terdapat 300 hingga 500 orang diatasnya. Jembatan ini sudah beroperasi sejak tahun 1880-an di bawah penjajahan Inggris dan dibuat dengan bahan-bahan terbaik yang berada di Eropa. Jembatan tersebut telah mengalami lonjakan pengunjung dan sempat direnovasi selama enam bulan terakhir.  Renovasi sendiri diambil alih oleh sebuah perusahaan swasta, tetapi belum memiliki sertifikat izin kelayakan dari otoritas setempat ketika beroperasi kembali pada tanggal 26 Oktober 2022. Maka dari itu, para pihak berwajib harus menyelidiki kembali kasus ini dikarenakan banyaknya faktor pertimbangan terkait penyebab runtuhnya jembatan ini.


Kasus-kasus diatas merupakan tragedi yang ditinggalkan kepada umat manusia di bulan Oktober ini. Beberapa diantaranya masih ada yang diselidiki penyebabnya dikarenakan banyak spekulasi yang terjadi. Selain itu, insiden ini tentunya meninggalkan kesedihan yang mendalam dan bela sungkawa terhadap para korban beserta keluarga yang ditinggalkan.

 

Penulis                    : M. Fikri Febrian

Editor                      : Vanya Jasmine

Sumber Gambar     : diaklesis.com