gemakeadilan.com
– Kehidupan seorang
mahasiswa tidaklah dapat diprediksi dari stigma dan stereotip
orang-orang sekitar. Tak jarang sinema yang disiarkan di televisi dan serial
drama, salah satunya drama Korea yang sedang populer, kerap menayangkan adegan
yang meromantisasi kehidupan perkuliahan. Tentu saja,
realita tidak sedemikian indahnya. Berdasarkan analisis studi literatur Jurnal Bikfokes Volume 1 Edisi 2 Tahun 2021, angka stress pada mahasiswa di
Indonesia mencapai 55,1% dan angka kecemasan mencapai 40%. Hal ini diduga akibat
dari perkuliahan daring yang dilaksanakan sejak terjadinya pandemi COVID-19 di
Indonesia. Tingginya angka stress pada mahasiswa dapat memicu tingkatan stress
ke tahap yang lebih tinggi, yaitu burnout.
Burnout
adalah suatu kondisi
yang menyebabkan peningkatan intensitas kelelahan fisik, mental, dan emosional
akibat stress jangka panjang. Kondisi burnout
memengaruhi stabilitas emosi penderitanya, seperti timbulnya sikap negatif yang
terus-menerus, merasa putus asa, hilangnya semangat hidup, tidak adanya
motivasi, merasa frustasi, timbulnya perasaan gagal, ditolak oleh lingkungan,
dan rendah diri. Burnout juga bisa menurunkan imunitas dan membuat orang
tersebut mudah sakit. Terdapat 12 tahapan burnout yang dapat
dialami seseorang. Pertama, adanya ambisi yang berlebih cenderung memaksa seseorang
untuk melakukan pekerjaannya dengan berlebihan sampai menggunakan cara yang
tidak sehat dan bahkan menghiraukan kebutuhan pribadinya. Ketika dirinya merasakan
tekanan mental, ia mulai menyalahkan orang lain atas kesulitan yang dideritanya,
serta selalu merasa bahwa tidak ada waktu untuk hal selain pekerjaan. Setelah
fase ini, orang tersebut biasanya mulai masuk ke tahap dimana dirinya menjadi
tidak sabaran dan apatis kepada kehidupan sosialnya. Hal ini dapat memicu
perilaku agresif dan tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Tahapan akhir di
mana muncul gejala yang lebih parah adalah timbulnya kecemasan yang berlebih,
terpicunya depresi, dan kondisi mental orang tersebut meledak. Kondisi ini juga
disebut sebagai mental collapse atau runtuhnya mental dalam diri
seseorang. Tahapan-tahapan ini umumnya banyak terjadi di antara kalangan
pekerja dan juga mahasiswa yang sering tertekan dengan tuntutan pekerjaan atau
tugas-tugas serta kegiatan yang dapat memicu terjadinya stress yang
berlebih.
Tipe
burnout
yang umum dialami oleh mahasiswa adalah academic burnout, yaitu perasaan
lelah akibat banyaknya tuntutan, terutama dalam bidang akademik. Era
pembelajaran daring ini berpotensi memicu terjadinya burnout karena adanya
ketidakseimbangan antara waktu belajar dan tuntutan pekerjaan rumah, organisasi,
dan tugas-tugas perkuliahan. Ketimpangan kondisi keuangan juga menjadi salah
satu faktornya, karena pembelajaran daring membutuhkan biaya tambahan seperti
biaya internet dan peralatan elektronik (laptop dan smartphone) untuk
menunjang kegiatan pembelajaran. Terkadang, sinyal internet yang buruk atau buffering video perkuliahan dapat
mengakibatkan mahasiswa terpaksa belajar ekstra dibandingkan biasanya karena
tertinggal materi perkuliahan daring. Selain itu, kurangnya sosialisasi antar
teman, tidak adanya dukungan baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar juga
dapat memicu terjadinya burnout.
Jika
academic burnout ini terjadi pada mahasiswa, tentu dapat berdampak pada
kehidupan sosial maupun akademiknya, bahkan dapat berujung pada jatuhnya
prestasi akademik. Meski pada dasarnya burnout ini memang tidak mudah
secara langsung dapat dihilangkan, karena sekuat apapun manusia, tentu dapat
merasakan rasa lelah, cemas dan penat, tetapi ada beberapa cara untuk meringankan stress yang sedang dialami. Cara yang
paling utama dalam mengatasi burnout adalah beristirahat untuk sejenak untuk
mengorganisir kembali prioritas dari pekerjaan. Lalu, merekatkan hubungan
kepada orang-orang terdekat, seperti teman, dosen, dan juga keluarga, kemudian
meminta dukungan serta pengertian dengan menceritakan masalah dapat sangat
membantu ketika sedang mengalami burnout.
Dengan menceritakan apa yang sedang dialami, terkadang beban yang ada di dalam
diri kita juga ikut terbagi dan berkurang. Kemudian, jangan takut untuk meminta
bantuan kepada tenaga ahli, yang mana banyak orang yang merasa jauh lebih baik
setelah mereka berkonsultasi ke psikolog. Jangan lupa untuk tidak terlalu
memaksakan diri sendiri dan lebih memprioritaskan kesehatan, seperti membiasakan
diri untuk tidur yang cukup, tidak terlambat makan, dan berolahraga secara
teratur. Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi burnout adalah
dengan mencari hiburan tersendiri yang dapat meredakan stress berlebih,
seperti berjalan-jalan melihat alam, menonton acara, film, anime, drama
atau series favorit. Ketika sedang beristirahat, ingat bahwa dalam
kehidupan ini tidak semuanya harus dilakukan secara terburu-buru. Kita bisa
berkembang dengan perlahan tapi pasti. Tidak perlu juga merasa harus mengatasi
masalah sendirian sehingga janganlah ragu untuk meminta bantuan kepada siapa
pun.
Penulis:
Syifa Aninda Wahab
Editor:
Vanya Jasmine
Sumber gambar: healthline.com