img-post

gemakeadilan.com - Bidang Lingkungan Hidup Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Diponegoro (BEM Undip) mengadakan Diskusi Panel yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Ruang Diskusi Lingkungan dengan tema “Terbakarnya TPA: Apakah PLTSa Menjadi Solusi atau Titik Kontroversi?” pada Sabtu (4/11). Kegiatan ini dimulai pada pukul 08.00 WIB dan diselenggarakan di meeting room Gedung A Pascasarjana Undip Kampus Pleburan.

Diskusi tersebut menghadirkan narasumber-narasumber yang berkompeten di bidang lingkungan hidup, yaitu Drs. Hartana Subketi, M.Si. selaku Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup, Nur Cholis selaku Perwakilan dari Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jawa Tengah, dan Dosen Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro, yaitu Dr. Ling., Sri Sumiyati, S.T., M.Si., IPM., ASEAN Eng. 

Melalui kesempatan tersebut, Drs. Hartana Subekti dalam kata sambutannya menyampaikan pendapatnya mengenai isu bahwasanya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Jatibarang sengaja dibakar. Ia mengatakan bahwa penyebab dari kebakaran adalah gesekan gas metana dibarengi suhu yang tinggi. “Sempat menjadi polemik bahwasanya TPA Jatibarang ada yang sengaja membakar. Tetapi setelah diteliti kebakaran terjadi akibat gesekan gas metana, suhu yang tinggi, sehingga gerakan kecil pun dapat menyebabkan kebakaran,” ujarnya.

Pasca kejadian kebakaran tersebut, menurut Hartana, upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kebakaran lain adalah dengan ditetapkannya kondisi darurat rencana kebakaran serta menentukan target pengurangan sampah untuk tahun 2025. Selain itu, upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan soil cover, yaitu penutupan landfill menggunakan tanah merah. Sementara itu, terkait dengan pengurangan sampah disampaikan bahwasanya untuk tahun 2025 target pengurangan sampah adalah sebesar 30 persen.

Kemudian, perwakilan dari WALHI Jawa Tengah, Nur Cholis yang juga hadir sebagai narasumber, menyampaikan bahwasanya kebakaran yang terjadi di berbagai TPA diakibatkan oleh pembakaran ilalang yang kemudian menyebar karena adanya gas metana dan angin yang kencang. Kebakaran pada beberapa TPA ini menandai adanya pengelolaan yang buruk terhadap TPA. “Di Indonesia masih minim TPA yang dikelola dengan baik,” ucap Nur Cholis dalam pemaparannya.

Sementara itu, sebagai seorang akademisi, Dr. Ling. Sri Sumiyati menambahkan pandangannya mengenai peran Universitas Diponegoro dalam pengelolaan sampah di kota Semarang. Ia memaparkan bahwa Universitas Diponegoro telah melakukan upaya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat di lingkungan kampus mengenai lingkungan, khususnya pengelolaan sampah. “Sebagai akademisi, Ibu Sri hanya bisa memberikan edukasi dalam berbagai bentuk, seperti melalui program pengabdian masyarakat, penelitian, bahwasanya Universitas Diponegoro sudah banyak memberikan pedampingan terhadap kelompok-kelompok masyarakat di sekitar kampus untuk mengelola sampah yang dihasilkan dengan teknologi sederhana yang dikembangkan oleh Universitas Diponegoro,” tandasnya. Beliau berharap upaya kecil yang dilakukan oleh Universitas Diponegoro melalui teknologi yang tepat guna yang disosialisasikan kepada kelompok masyarakat dapat membawa berkah dan mengubah pola pikir masyarakat supaya dapat lebih menyadari pentingnya pengelolaan sampah.

 

Penulis            : Siska Utami

Editor               : Agistya Dwinanda

Sumber gambar: Dokumentasi reporter