img-post

gemakeadilan.com - Dahar kupat ngagem santen, menawi lepat nyuwun pangapunten (makan ketupat dengan santan, jika terdapat kesalahan mohon maaf/ampunan). Parikan atau pantun singkat dalam bahasa Jawa tersebut mengingatkan kita dengan perayaan Idul Fitri, atau disebut juga Lebaran yang menjadi momen kemenangan bagi umat muslim setelah menjalani rangkaian ibadah selama bulan Ramadhan. Lebaran menjadi ajang untuk bersilaturahmi serta melepas rindu dengan sanak keluarga dan sahabat, terutama bagi mahasiswa atau anak rantau yang kembali ke kampung halaman. Selain itu, hal yang tak kalah dirindukan dalam momen Lebaran adalah kuliner dan kue-kue yang selalu identik dengan perayaan Lebaran dari berbagai penjuru daerah. Bila ditelusuri lebih dalam, aneka makanan dan kue tersebut ternyata memiliki filosofi maupun cocoklogi yang kian menghangatkan suasana lebaran bersama orang-orang tercinta. Apa saja sih filosofi dari makanan-makanan yang kerap kita jumpai saat lebaran ini? Yuk kita simak penjelasan di bawah ini!


Kupat atau ketupat

Makanan kupat atau ketupat diidentikkan dengan ngaku lepat (mengakui kesalahan). Ketupat menjadi menu khas yang tidak pernah absen dalam momen lebaran ini. Ketupat dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa muda kemudian direbus hingga matang dan biasanya disajikan bersama kuah santan ditemani sambal goreng ati maupun menu khas lebaran lainnya. Penyajian ketupat di momen lebaran untuk bermaaf-maafan memberikan filosofi bahwa bila melakukan kesalahan hendaknya sebagai seorang manusia kita harus segera meminta maaf. Selain namanya, bungkus ketupat yang berasal dari janur juga memiliki arti historis sebagai identitas budaya pesisir mengingat tradisi ketupat ini telah ada sejak pemerintahan Demak yang dipimpin oleh Raden Fatah pada awal abad ke-15. 


Aneka Sajian Kue Kering Khas Lebaran

Selain ketupat dan makanan berat lainnya, kue-kue kering juga merupakan makanan yang tidak boleh terlewatkan saat perayaan Lebaran. Kue kering umumnya disajikan di meja ruang tamu dan keluarga sebagai teman saat bercengkrama dengan sanak keluarga serta menjamu tamu yang hadir. Nastar, kastengel, putri salju, kue semprit, dan kue-kue lainnya ditata sedemikian rupa sehingga semakin menggoda siapapun yang memandangnya. Bila di-cocoklogi, aneka kue tersebut memiliki karakteristik dan rasa yang berbeda-beda namun dapat disatukan di satu meja yang sama. Hal tersebut memberikan kesan bahwa setiap manusia hendaknya tidak membeda-bedakan antara satu sama lain. Sebagai manusia, hendaknya kita memperlakukan setiap orang secara terhormat dan tidak merendahkan martabat manusia. Kue-kue tersebut juga memiliki ragam warna dan rasa sehingga ditarik filosofi bahwa hidup itu penuh warna dan sebagai manusia juga akan merasakan manis maupun asam garamnya kehidupan. Tak jarang juga kita temui, satu adonan dapat menjadi beberapa macam kue. Jika di-cocoklogi-kan dengan pendidikan, maka setiap mahasiswa yang ada saat ini sedang dibentuk dan diadon untuk kemudian menjadi manusia sesuai pilihan hidupnya masing-masing. Menjamu tamu juga merupakan tradisi turun menurun dan sudah melekat dengan jiwa kepribadian bangsa Indonesia yang menjunjung nilai-nilai ketimuran. Dengan menjamu tamu yang hadir merupakan salah satu bukti kebahagiaan seseorang, sehingga bilamana kue tersebut dimakan oleh tamu, hal tersebut menjadi kehormatan bagi tuan rumah karena sajiannya dinikmati oleh orang lain. 


Penulis : Muhammad Victor Ali

Editor : Agistya Dwinanda

Sumber gambar: linebank.co.id